Apakah ritual di pagi hari ini terasa familiar bagi Anda: Setelah beberapa kali memencet tombol alarm, akhirnya Anda bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Sembari menggosok gigi dengan gerakan lambat, dan rambut yang berantakan berdiri ke segala arah, Anda memandang diri Anda yang tampak kacau di depan cermin. Selama beberapa saat, Anda benar-benar berpikiran untuk berhenti kerja dan melanjutkan tidur. Semua orang pasti pernah merasakan hal yang sama dan itu adalah hal yang wajar. Namun, jika rasa untuk selalu ingin tidur mulai mengganggu aktivitas sehari-hari Anda, mungkin ada masalah pada diri Anda yang belum Anda sadari.
Sekitar 40 juta warga Amerika menderita gangguan tidur dan wanita adalah yang paling rentan terkena insomnia karena perubahan pola tidur yang disebabkan oleh menstruasi, kehamilan, dan menopause. Jumlah dan kualitas tidur yang kurang mencukupi dapat menyebabkan kelelahan di siang hari, kurangnya fokus ketika bekerja, meningkatnya risiko kecelakaan ketika berkendara, dan buruknya performa di tempat kerja dan sekolah. Riset menunjukkan adanya hubungan antara jumlah jam tidur yang kurang mencukupi dan meningkatnya risiko depresi, kecemasan, penyakit jantung, kenaikan berat badan, Diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker.
Namun, untuk mengetahui apakah Anda menderita gangguan tidur bukan hal yang mudah. Karena efek samping dari kurang tidur sangat beragam, kebanyakan orang tidak mengaitkan jam tidur yang kurang dengan gejala yang mereka alami. Misalnya, jika seseorang menderita depresi dan kecemasan tinggi, mereka berasumsi bahwa yang menjadi masalah adalah pekerjaan yang memusingkan atau repotnya mengurus anak-anak di rumah. Faktanya, depresi dan kecemasan akan dapat teratasi jika kita tidur dalam jumlah yang cukup.
Jadi, jika jadwal dan jumlah jam tidur Anda tidak beraturan, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter sesegera mungkin.